Pages

Alkisah Pengorbanan Seorang Ibu dan Ayah

Sabtu, 03 Maret 2012

Alkisah ada seorang anak perempuan yang datang pada seorang ustadzah, kemudian dia mengeluh tentang perbuatan kedua orang tuanya yang tak pernah menyenangkan hatinya. Dia berkata pada ustadazah itu “ustadzah ibu saya itu orangnya kuno, hanya lulusan smp, begitu kolot, tidak dapat mengerti keinginan saya, sedangkan ayah saya tak pernah mencukupi semua kebutuhan saya seperti anak-anak yang lain. akibatnya saya begitu merasa teraniaya”
Lalu dengan pembawaan yang begitu tenang dan keibuan sekali, ustdah itu menyuruh sang anak “ya sudah sekarang tulislah semua keburukan ibu dan ayah mu!”.
Dengan hati yang terselimuti nafsu amarah dan sebal sang anak menulis semua keburukan sang ibu dan ayah. “ibu dan ayah saya pelit, ibu dan ayah saya kurang perhatian,
ibu dan ayah saya pemarah, ibu dan ayah saya suka mengatur, ibu dan ayah saya tidak pernah mau tau apa keinginan saya” tulis sang anak.
Setelah selesai menulis semua keburukan ibu dan ayah, ustadah itu pun langsung berkata “sekarang tulislah secara jujur apa jasa pengorbanan ibu dan ayah mu nak!” perintah ustadzah.
Akhrnya anak itu diam sejenak, mulai flashback melihat keblekang, ia pun merenung, “selama sembilan bulan saya berada di perut ibu, sembilan bulan pula saya menghisab darahnya, saat itu pula ibu susah berdiri dan berjalan begitu berat. Saat itu ayah berbanting tulang siang malam mencari uang untuk biaya hidup ibu dan aku di dalam kandungan. Ayah membelikan berbagai macam vitamin untuk perkembanganku. Saat itu pun ibu selalu merasa tak nyaman dan sakit ketika tidur. Sedangkan ayah bangun menahan kantuk dari rasa letihnya di 2/3 malam untuk mendoakan keselamatan ibu dan aku. Tiga bulan pertama ibu merasa mual dan muntah karena ada saya di dalam perutnya sedangkan ayah sibuk mengurus ibu, ayah merelakan waktu istirahatnya untuk membantu tugas-tugas ibu yang berat, agar aku yang berada di kandungan tetap terjaga dan sehat. Ketika saya akan terlahir ke dunia ibu meregang nyawa antara hidup dan mati. Ayah bekerja lebih keras dengan cucuran keringat yang lebih untuk mencukupi biaaya aku terlahir. Meskipun bersimbah darah dan sakit tiada terperi, tetapi ibu tetap rela dengan kehadiran saya, ayah pun dengan ikhlas juga menunggu kehadiran saya. Setelah lahir, satu persatu jari saya di hitunkan dan dibelainya, di tengah rasa sakit yang begitu tak terkira beliau semua tersenyum dengan lelehan air mata bahagia melihat saya terlahir. Dan saat itu pula ibu dan ayah menyangka akan terlahir anak solehah yang akan memuliakannya.”
Tak terasa berlinang air mata terus mengalir di pipi sang anak ketika menulis semua pengorbanan mereka. Semakin sadar bahwa untaian pengorbanan mereka sungguh tak akan pernah sebanding dengan kebaikan yang dia perbuat.

****

Apapun kebaikan yang kita lakukan untuk orang tua kita tak akan pernah sebanding dengan perih pahitnya penderitaan oran tua kita. Allah yang maha penyayang memberikan rasa sayang yang amat besar kepada setiap orang tua. Kasih sayang, ke ikhlasan, kehalusan hati, perhatian, dan pengorbanan diri terhadap kita anaknya terus di berikan  untuk kita, dari kita terlahir hingga akhr hayatnya.
Subhanawllah.. :’’’
Setelah kita tumbuh besar dan menikah, mungkin saja kita akan sibuk dengan dunia kita sendiri, mengasuh anak-anak, suami, dan kehidupan rumah tangga kita sendiri dengan melupakan dan mengabaikan mereka. Menganggap mereka kurang penting. kemungkinan ini semua bisa terjadi kan.. astogfiruwllahaladzim.. :’’’
Jujur saja aku pernah berfikir orangtua ngak paham maunya anak muda, menganggap mereka kuno, kolot, suka mengatur. Dilarang ini lah, dilarang itulah, harus beginilah, harus begitulah, yang jelas mereka terlalu banyak bikin aturan. Egak jarang juga sering bentrok ama mereka. Tapi ternyata, setelah membaca arti surat al-isra ayat 23-24 Allah itu menempatkan orang tua kita pada posisi yang begitu terhormat dan mulia.
tapi apa?? aku sebagai anaknya malah udah berbuat apa :’’’( 
Semoga sebelum akhr hayatnya mereka untuk menutup mata kita dapat membahagiakan mereka dan membuat mereka tersenyum ya.. semoga allah menjadikan kita anak-anak yang soleh dan solehah aamiin.. 


Terimakasih untuk mamah, terimakasih untuk bapa, atas semua jasa dan pengorbanannya.
Terimakash mb ema, a’deni, mb elis, a’pendi dan arul yang telah memberikan banyak pelajaran dalam hidup saya. Terimakasih juga untuk a’omas, mas ardi dan syifa yang telah melengkapi kebahagian saya saat ini
Doakan saya dan maafkan semua kesalahan saya  :’( semoga allah senantiasa melindungi dan memuliakan kalian aamiin aamiin aamiin 

2 komentar:

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS