Pages

Jangan Curi Budaya Kami, Tanah Kita Tanah Surga - Yogyakarta

Rabu, 12 September 2012

Orang bilang rumah kita adalah tanah surga, tongkat kayu pun menjadi tanaman ketika dilempar ke tanah dan di diamkan beberapa waktu. Melambangkan bahwa rumah kita ini  sangatlah subur.  Orang bilang rumah kita adalah rumah yang kaya  akan budaya, suku bangsa maupun Sumber Daya Alam. Tetapi dibalik kekayaan yang kita miliki apakah kita sudah memanfaatkan nya dengan sangat bijaksana? Banyak dari tetangga sebelah maupun tetangga jauh mengkritik rumah kita yang sangat kaya raya ini. Yaitu megapa keadaan rumah tangga nya penuh dengan kemiskinan, pengangguran, korupsi, dan tindakan saling menjatuhkan di kalangan kelompok pengurus rumah kita demi kejayaan dan kekayaan untuk diri nya sendiri, tanpa peduli saudara- saudaranya  yang sangat kelaparan , kurang nya ilmu pengetahuan dan kurangnya menghargai warisan budaya maupun tradisi-tradisi lain nya dari kakek –nenek sampai leluhur kita terdahulu kata kak Aly Hakim Majid terhadap saya ini.

Well, budaya bukan objek belaka. Budaya adalah objektivikasi jiwa manusia.
"PLEAS KENALI & LESTARIKAN BUDAYA KITA" satu kalimat yang harus kita ingat selamanya. Agar budaya kita tetap ada sampai cucu cicit kita. Begitu banyak budaya yang kita miliki di negara kita tercinta ini, yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, berjajar pulau-pulau, sambung menyambung menjadi satu itulah INDONESIA.

Disadari atau tidak budaya di Indonesia itu begitu istimewa dengan ciri khas dan keunikannya masing-masing, mulai dari rumah adat, tarian, lagu, bahasa sampai ke masalah makanan. Namun sayang banyak orang yang tidak sadar akan budaya tersebut. Sebuah opini kak Aly Hakim Majid yang telah di tuturkan kepada saya tentang alasan kenapa para saudara kita dirumah ini kurang tanggap atas hal-hal lingkungan di sekitarnya terutama tentang budaya itu diakibatkan karena "kita ini terbiasa dengan kehidupan modern. terbiasa dengan perintah TIRULAH tetangga sebelah TIRULAH tetangga jauh sana, dan TIRULAH INI , ITU dan sebagai nya". oke disini sekali lagi saya ingin menegaskan bahwa kita terbiasa dengan kehidupan modern dan kita terlalu sering meniru. ketika kita tidak dapat menjadi konsumen yg konsumtif dalam penggunaan kehidupan  modern, pengidolaan dan peniruan kebiasaan budaya asing pun akan merajalela tanpa memperhitungkan kerugian yang akan kita dapatkan..

Indahnya jika kita masih dapat melihat berbagai macam budaya di Indonesia ini, apalagi ketika kita dapat berkontribusi ikut melestarikan budaya di daerah kita masing-masing. maka sebab dari itu, melalui project BSO ini saya ingin mempromosikan  budaya khas di tempat kelahiran saya yaitu Daerah Istimewa Yogyakarata ini :

Tarian Angguk merupakan satu dari sekian banyak jenis tarian rakyat yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. tarian angguk disertai dengan pantun-pantun rakyat yang berisi  berbagai aspek kehidupan manusia, seperti: pergaulan dalam hidup bermasyarakat, budi pekerti, nasihat-nasihat dan pendidikan. Dalam tarian ini nuansa islaminya cukup kental dngan dibacakan atau dinyanyikan kalimat-kalimat yang ada dalam kitab Tlodo yang bertulisan arab namun di nyanyikan dengan cengkok jawa. Nyanyian tersebut dinyanyikan secara bergantian antara penari dan pengiring tetabuhan. seuatu yang unik dari tarian ini adalah adanya salah satu atau beberapa penari yang akan tidak sadarkan diri atau dalam bahasa jawa biasanya disebut "ndadi". kejadian seperti itu biasanya akan terjadi  pada saat puncak pementasan atau gongnya. konon, sebagian masyarakat Yogyakarta percaya bahwa penari angguk yang dapat “ndadi” ini memiliki “jimat” yang diperoleh dari juru-kunci pesarean Begelen, Purworejo

Tari Angguk - (JIBI/Harian Jogja/Kharisma Ayu Febriana)

Tarian angguk diperkirakan muncul sejak zaman Belanda, ini terlihat dari kostum yang di gunakan oleh penari. penari menggunakan kostum ala prajurit Belanda, tarian ini diartikan sebagai ungkapan rasa syukur kapada Tuhan setelah panen padi. Untuk merayakannya, para muda-mudi bersukaria dengan bernyanyi, menari sambil mengangguk-anggukkan kepala. Dari sinilah kemudian melahirkan satu kesenian yang disebut sebagai “angguk”. Tari angguk biasa digelar di pendopo atau di halaman rumah pada malam hari. penonton tidak akan di pungut biaya, karena biasanya tarian angguk ini tampilkan pada acara-acara hajatan seperti pernikahan, sunatan, syukuran, dsb.

Namun dengan seiringnya perkembangan jaman tarian angguk sudah melangka untuk di saksikan di daerah istimewa yogyakarta. masyarakan lebih cenderung menyukai hal-hal yang bersifat modern. dan beberapa masayrakan berfikir negatif akan tarian ini. padahal pada dasarnya banyak nilai-nilai positif yang dapat kita ambil dari pertunjukan tarian ini.

Oleh sebab itu saya sangat menghimbau kususnya kepada saya sendiri dan umumnya kepada masyarakat seantero INDONESIA, mari kita tanamkan kembali rasa cinta kita terhadap budaya sendiri dengan tetap melestarikan budaya kita hingga batas waktu yang tak terkira. agar tidak mudah hilang termakan waktu atau di klaim oleh negara lain. dan di harapkan kepada negara-negara yang miskin akan budaya jangan mengklaim (JANGAN CURI) budaya negara lain sebagai budayanya jika ingin tetap barokah, makmur sehat sentosa negaranya hehe sekian terimakash :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS